Tahap-Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Keluarga berkembang mengikuti sebuah siklus. Meskipun setiap keluarga
memiliki riwayat yang unik dalam mengalami setiap tahap perkembangannya,
semua keluarga dianggap sebagai contoh dari seluruh pola normatif dan
mengikuti urut-urutan perkembangan yang universal.
Dalam setiap tahap perkembangan ada tugas-tugas yang harus dicapai.
Tugas-tugas perkembangan keluarga adalah tanggung jawab yang harus
dicapai oleh keluarga selama setiap tahap perkembangannya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan afektif, sosial, perawatan kesehatan, reproduksi,
dan ekonomi dalam keluarga.
Tahap-tahap siklus kehidupan keluarga telah diuraikan oleh Duvall dan
Miller (1985) dan Carter dan McGoldrick (1988). Tahap-tahap tersebut
terdiri dari 9 tahap siklus kehidupan keluarga sebagai berikut :
- Tahap transisi: Keluarga antara (dewasa muda yang belum menikah)
Tahap ini menunjuk ke masa dimana individu berumur 20-an yang telah
mandiri secara finansial, dan secara fisik telah meninggalkan
keluarganya namun belum berkeluarga. Bagaimana dewasa muda melewati
tahap ini sangat mempengaruhi siapa yang dinikahinya serta bagaimana dan
kapan pernikahan itu berlangsung. Untuk melewati tahap ini dengan
sukses, dewasa muda harus berpisah dari keluarga asalnya (mandiri) tapi
masih menjaga kontak emosional.
Tugas-tugas perkembangan pada tahap ini adalah (1) pisah dari keluarga
asal, (2) menjalin hubungan intim dengan teman sebaya, serta (3)
membentuk kemandirian dalam hal pekerjaan dan finansial.
Masalah-masalah kesehatan yang sering dijumpai pada tahap ini antara
lain STD, masalah kesehatan mental, kecelakaan dan bunuh diri. Promosi
kesehatan yang dapat dianjurkan adalah agar dewasa muda menghindari
obat-obat terlarang, alkohol dan tembakau, serta mendapatkan tidur,
nutrisi, istirahat, olahraga, perawatan gigi, dan uji kesehatan secara
adekuat.
- Tahap I : Keluarga pemula
Pernikahan dari sepasang insan menandai dimulainya keluarga baru.
Tugas perkembangan yang paling penting dalam tahap ini adalah (1)
membangun perkawinan yang saling memuaskan, (2) menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, dan (3) keluarga berencana.
Ketika dua orang diikat dalam satu pernikahan, maka mereka membangun
SATU kehidupan bersama yang baru. Bersama-sama mereka menciptakan
rutinitas baru yang sebelumnya dikompromikan bersama, dan memelihara
rutinitas tersebut. Membangun perkawinan yang saling memuaskan juga
berarti menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang ada, jangan
sampai terjadi konflik. Untuk mencegah konflik, perlu dikembangkan sikap
empati, saling mendukung, serta komunikasi secara terbuka dan sopan.
Pernikahan berarti menyatukan dua keluarga. Sehingga otomatis orang
menikah akan menjadi bagian dari 3 keluarga : keluarga asal, keluarga
pasangan, dan keluarga sendiri yang baru dibina. Di sini, suami-istri
harus membina hubungan yang baik dengan setiap anggota keluarga, dan
secara bersamaan menjaga otonomi keluarga sendiri sehingga tidak ada
campur tangan yang akan merusak kebahagiaan bahtera pernikahan.
Masalah yang timbul antara lain masalah-masalah seksual dan emosional,
kecemasan, kehamilan yang tidak diinginkan, dan penyakit kelamin baik
sebelum maupun sesudah perkawinan. Untuk mengatasinya perlu ada
penyuluhan dan konseling keluarga berencana, penyuluhan dan konseling
prenatal, dan komunikasi.
- Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama sampai bayi
berumur 30 bulan. Meskipun bagi kebanyakan orang tua memiliki bayi
merupakan pengalaman penuh arti dan menyenangkan, kedatangan bayi
membutuhkan perubahan peran yang mendadak. Setelah kelahiran bayi,
keluarga mempunyai beberapa tugas perkembangan yang penting, antara lain
(1) membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga), (2) rekonsiliasi
tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota
keluarga, (3) mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, (4)
memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orang tua serta kakek dan nenek.
Masalah perkawinan yang sering terjadi pada tahap ini adalah suami
merasa diabaikan (ini paling sering disebutkan oleh suami), terdapat
peningkatan perselisihan dan argumentasi antara suami istri, serta
kehidupan seksual dan sosial yang terganggu dan menurun. Untuk
mengatasinya, sangat penting membentuk kembali pola-pola komunikasi yang
memuaskan. Pasangan harus terus berbagi dan berinteraksi satu sama lain
dalam hal tanggung jawabnya sebagai orang tua, dan peka tidak hanya
dalam masalah pemenuhan kebutuhan seksual tapi psikologis pada umumnya.
Masalah-masalah utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan
maternitas, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan penanganan
masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling
perkembangan anak, keluarga berencana, interaksi keluarga, dan
peningkatan kesehatan secara umum.
Peran yang paling penting bagi perawat keluarga bila bekerja dengan
keluarga yang sedang mengasuh bayi adalah mengkaji peran sebagai orang
tua; bagaimana kedua orang tua berinteraksi dengan bayi baru dan
merawatnya, dan bagaimana respon bayi tersebut. Konseling keluarga
berencana biasanya berlangsung saat pemeriksaan setelah postpartum 6
minggu. Orang tua diajak berdiskusi mengenai perencanaan untuk memiliki
bayi berikutnya. Orang tua perlu menyadari bahwa kehamilan dengan jarak
rapat dan sering dapat berbahaya bagi ibu, ayah, saudara bayi dan unit
keluarga secara keseluruhan.
- Tahap III : Keluarga dengan anak usia prasekolah
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 6 tahun. Anak usia
prasekolah harus banyak belajar pada tahap ini, khususnya dalam hal
kemandirian. Mereka harus mencapai otonomi yang cukup sehingga mampu
memenuhi kebutuhan sendiri tanpa campur tangan orang tua dimanapun
mereka berada. Akhir-akhir ini banyak berkembang pendidikan prasekolah
seperti PAUD, dsb. Program-program prasekolah yang terstruktur sangat
bermanfaat dalam meningkatkan IQ dan keterampilan sosial.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah (1) memenuhi kebutuhan
anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, dan keamanan,
(2) mensosialisasikan anak, (3) mengintegrasikan anak yang baru
sementara tetap mememuhi kebutuhan anak-anak yang lain, (4)
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan
dan hubungan orang tua dan anak) serta di luar keluarga (keluarga besar
dan komunitas).
Anak usia prasekolah sangat senang mengeksplor dunia di sekitarnya.
Karena itu penting bagi orang tua untuk menyediakan peralatan dan
fasilitas yang bersifat melindungi anak-anak, karena pada tahap ini
kecelakaan menjadi penyebab utama kematian dan cacat. Mengkaji keamanan
rumah merupakan tugas penting bagi perawat keluarga dan kesehatan
komunitas sehingga orang tua dapat mengetahui resiko-resiko yang ada dan
cara-cara mencegah kecelakaan.
Penelitian menunjukkan bahwa hubungan perkawinan sering mengalami
kegoncangan pada tahap ini. Pasangan suami istri masing-masing merasakan
perubahan kepribadian yang negatif, merasa kurang puas dengan keadaan
di rumah, terdapat lebih banyak interaksi yang berorientasi pada tugas,
pembicaraan pribadi lebih sedikit dan pembicaraan yang berpusat pada
anak lebih banyak, kehangatan yang diberikan kepada anak lebih banyak
daripada yang diberikan satu sama lain, dan tingkat kepuasan seksual
lebih rendah. Konselor perkawinan sangat dibutuhkan dalam hal ini.
Masalah-masalah yang sering terjadi antara lain masalah kesehatan fisik
anak seperti penyakit-penyakit menular yang lazim pada anak, jatuh, luka
bakar, keracunan, dan kecelakaan-kecelakaan lain yang terjadi selama
usia prasekolah. Masalah-masalah lain yang penting adalah persaingan di
antara kakak-adik, keluarga berencana, kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan, masalah-masalah pengasuhan anak, masalah komunikasi dalam
keluarga, serta kesehatan umum.
Tujuan utama bagi perawat yang melayani keluarga dengan anak usia
prasekolah adalah membantu mereka membentuk gaya hidup sehat dan
memfasilitasi pertumbuhan fisik, intelektual, emosional dan sosial
secara optimal.
http://beldashani.blogspot.com/2010/08/tahap-tahap-siklus-kehidupan-keluarga-1.html